Bismillahirrohmanirrohim,
Menggoreskan tinta – tinta kesejatian merupakan sebuah panggilan jiwa
terdalam. Atau terkadang merupakan panggilan eksternal dari suara – suara di
luar sana dan memaksa diri untuk menurutinya. Walau mungkin awalnya kita tidak
mau mendengar bisikan – bisikan ghaib tersebut. Disebut ghaib karena memang
suara itu tidak bisa dirasakan, dilihat atau diraba. Dia hanya bisa didengar
tanpa ada rangkaian komponen yang bisa masuk ke kedalaman mata lahir kita.
Menggores adalah melukis hiasan – hiasan indah yang terbentuk sempurna
dengan usaha sadar sesadar – sadarnya untuk menghasilkan sebuah karya yang bisa
hidup dan berbekas dalam hidup – hidup setiap makhluk yang bisa hidup.
Menggores adalah mewarnai gunung – gunung dan awan – awan yang berada di
sekitar kita menjadi sebuah fenomena yang bisa mencipta suatu tatanan yang
harmonis dan selaras antara hukum – hukum yang dibuat dan dikehendaki oleh Sang
Maha Segala dengan segala partikel – partikel yang berhamburan tidak teratur di
seluruh bagian – bagian organ dunia dan langit dan semua isi – isinya sehingga
menjadi satu kesatuan yang utuh dan tidak terpisah satu sama lain. Artinya
antara apa saja yang dikehendaki oleh Sang Pembuat alam semesta dengan makhluk
– makhluk-Nya yang kecil dan lemah menjadi seimbang dan tidak saling tumpang
tindih.
Menggores adalah sebuah upaya untuk meluapkan dan menguapkan semua uap –
uap kandungan energi positif dalam darah dan susunan anatomi bentuk tubuh kita
menjadi sebuah energi yang benar – benar bisa mewujud dalam dada setiap insan
yang masih bisa menghembuskan nafasnya. Butuh goresan tangan sang surya untuk
mengeluarkan semua potensi terpendam dalam jiwa – jiwa yang gersang, sehingga
bisa menemukan kembali jati diri yang sempat tersesat dan hilang arah.
Menggores adalah menulis. Menulis apa saja yang bisa ditulis. Menulis apa
saja yang bisa digores. Menulis apa saja yang bisa dijadikan bahan untuk
membuka tabir cakrawala dunia. Menulis diri. Menulis hati. Menulis isi.
Tapi aku suka menggunakan kata – kata menggores daripada menulis itu
sendiri. Karena dengan menggores kita bisa membuat aliran – aliran sungai
kehidupan dan gairah yang baru dan berbekas jauh ke dalam sedalam – dalamnya yang bisa dijangkau oleh
kedalaman yang terdalam. Kalau menulis mungkin hanya bisa dibaca tanpa ada
jejak – jejak misterius yang mengikutinya. Meski demikian hakikatnya sama
sajalah. Menulis dengan menggores adalah sesuatu yang menyamakan dirinya dalam
suatu entitas pola pikir dan alur cerita penuh asmara dan angkara dalam buaian
romantisme kehidupan yang penuh teka – teki dan pertanyaan ini. Menggores dan
menulis adalah suatu cara untuk memunculkan semua isi hati dan diri untuk
menggambarkan luapan emosi menjadi suatu kronologi drama fantasi dan frustasi
dalam satu wadah bejana baja yang murni semurni – murninya. Dalam sebuah
setting tempat dan waktu yang membara penuh dengan bara – bara api kebencian
dan cinta yang tidak terpisah. Sekali lagi, menulis adalah menggores dan
menggores adalah menulis, meski dalam beberapa hal terkadang tidak sama dan dalam
ketidaksamaan itulah sering terdapat beragam kesamaan.
Menggoreskan tinta – tinta yang terkumpul dalam keterceceran dan
ketertumpahan bisa menghasilkan sebuah karya seni yang sangat menjinakkan
emosi. Berpadu dalam butiran – butiran cahaya yang mulai redup dan sinarnya
terang seterang cahaya matahari ketika tepat di atas ubun – ubun kepala yang
tidak bertopi rimba. Terkadang aku bisa mewarnai pelangi dan membuat warna sendiri
yang mau kuwarna tanpa ada pihak – pihak dari pihak keterlemahan yang berusaha
menggagalkan pencapaian tahta kerajaanku.
Dengan menulis, aku bisa memakan dan melahap semua kue – kue yang ada di
atas meja makan kehidupan. Semuanya. Tanpa tersisa dan hanya menyisakan cerita yang usang dan
gersang. Ya, sekarang menulis sudah menjadi bagian dari unsur – unsur pembentuk
jiwa ragaku yang masih utuh hingga melabuhkan diri ke tepian pantai kesejatian
yang jauh tanpa merasa peluh – peluh menggelayuti sepenuh tubuh yang pasti akan
terbujur kaku.....................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar