Ketika
mulut terkunci
Aku justru
mau bicara
Hanya tembok
dari bambu tertera di hatiku
Kepadamu calon
bidadariku
Kau pasti sesetia Siti Khodijah
Sepintar Siti Aisyah
Sehalus Siti Fatimah
Sekuat Siti Asiah
Dan sesuci Bunda Maryam
Tapi aku
Bulan
separuh yang mungkin cahayanya mulai redup
Gubug di
tengah sawah yang mudah hilang tertiup angin
Sepatu
kotor terkena debu jalanan
Tak pantas rasanya ku minta kepadamu
Menjadi langit tempat awan ku
gantungkan
Ladang untuk menanam benih – benih
cintaku
Benteng yang kokoh tempatku bertahan
dari goda dan coba
Tapi aku
hanya punya ini
Segumpal
darah yang masih utuh
Sebatang pohon berdaun hijau yang tidak mau matang karena takut akan
layu dan akhirnya jatuh
Secercah
harap dalam beningnya indra
Sebersit mimpi
yang terus berlari
Bahwa
aku ingin jadi ORANG BESAR
ORANG
BESAR tidak ditentukan dari apa
yang dikenakan di luar tubuhnya
Tapi
apa yang ada dalam dirinya
Ku tidak
bisa memberimu janji istana surga
Membelikanmu
zamrud khatulistiwa
Membuat
seribu candi dalam satu malam
Tapi
ku mau menegaskan sekali lagi kepadamu calon bidadariku
Ku
hanya bisa memberimu mimpi
Mimpi
yang tidak mungkin bisa ku gapai seorang diri
Butuh energi yang terlalu besar
Ku tak kuat memegangnya
Tapi
denganmu
Bersama
kita raih semua bintang, rembulan dan matahari di sepenuh langit
Bersama
kita putar roda kehidupan yang terus melaju
Tak peduli
ketika berada di atas atau di bawah
Asal
bersamamu
Ku merasa
semesta berdamai denganku
Bersama
kita jalani hidup berdua
Hanya
itu saja yang bisa ku ungkapkan kepadamu
Sebelum
kau memotong benang tepat di tengah – tengah
Bersama
ini ku beranikan diri
Memantapkan
hati yang terus menari
Maukah kau
menjadi ibu dari buah hatiku kelak ??
Bidadari yang
selalu menemani langkahku kemanapun
Sejauh
kaki berjalan
Tangan
mengayun
Mata
memandang ...
Aku
yang di sini
Masih,
selalu dan terus berharap akan hadirmu di sisi
Semoga
kau menerimaku !!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar