Melihat senja dengan teropong
kosong
Berdada
angin
Hampa ...
Tiba
– tiba air mulai menetes satu per satu dari hulu ke hilir
Berair
penuh kekeringan
Hitam
pekat bersenjatakan kotoran
Seiring
waktu bergejolak kejanggalan
Akankah pasar
malam segera tutup karena sudah Subuh ??
Aku tidak
kuat diolesi lumpur terus – menerus
Sejajarku
beranggapan kau adalah Adam yang bersujud
Nyatanya
...
Pucuk daun
terkena puntung rokok yang masih menyala
Hanya
Kau dan aku yang tahu siang dan malam di balik gunung itu
Tapi selalu
ku kayuh sepeda mesti lelah terasa
Membersihkan
lumuran oli agar segera sampai
Kau
pasti tidak bosan
Menyambutku
di depan pintu
Karena
Kau adalah Sang Pemilik Hati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar