Ternyata Engkau memang tidak menghendaki aku mendua hati
Begitu cemburunya Engkau saat aku mencoba untuk mewarna pelangi dengan
cahaya malam
Sebelumnya dengan purnama yang ku kira sinarnya bisa menerangi semesta
Namun...
Semuanya sirna
Hilang tersapu deburan waktu
yang terus berjalan
Tik tik tik tik...
Detik demi detik terus melangkahkan kaki – kakinya dengan tanpa henti
Mungkin bisa berhenti jika waktu itu sendiri telah dicabut nafasnya oleh
Sang Pembuat Waktu
Nanti...
Saat bumi dihamparkan dan gunung – gunung diterbangkan
seperti kapas – kapas yang tertiup angin
Beriringan awan – awan putih
menyapu kenangan lama
Tabir gelap
Hitam dan kelam
Dalam putih semu melena hati
Ahhh...
Padahal aku mulai merangkai untaian awal harapan dalam buku putih Gores Pena
Sang Surya
Setelah tiga macam bilangan...
Boleh ku ulangi???
Enam sembilan satu – satu
Dua belas satu lima empat
Dua belas empat nol – nol
empat
Lalu ku ingin tambahkan dengan cahaya malam yang indah...
Bukan bilangan
Namun...
Hmmzzz...
Sama saja itu!
Dalam putih semu melena hati
Ahh...
Sejenak ku mau melepas penat setelah setengah hari
bergelut dengan debu dan kotor jalanan...
-------------------
------------------------------
----------------------------------------
.
Ku tekan tombol reset...
Bismillah!
Siap – siap mandi ahh...
Segar sekali....
Dengan memakai air secukupnya dan sabun mandi yang telah tinggal setengah
lalu dilanjut shampo urang aring tanpa sikat gigi...
Singkat kata singkat cerita
Pembuktian akan segala yang pernah dan telah terucap
lewat lisan – lisan lemah akan Janji Suci
Janji menggantungkan apapun yang ada di segala kepada Sang Penyangga Langit
Janji untuk menyatukan diri dengan Sang Sejati dalam 99%
Tinggal 1% lagi...
Terlalu panjang jalan yang harus ku tempuh
Meski hanya tinggal 1%
Layakkah diri disebut pasrah
jika tersandung asa jejaring laba sebanyak dua kali?
Omong kosong semua janji
manis itu!
Sudahlah Surya!
Buang jauh – jauh keinginan untuk memakai pakaian milik orang!
Atau...
Pakaian yang akan dibeli orang lain
Di toko yang sama...
Toko terindah di seluruh semesta
Carilah pakaian yang indah seindah cahaya malam dan
purnama yang bersinar dalam hatimu sendiri!
Hati yang menggantungkan
hatinya kepada Pemilik Hati
Satu
Satu
Satu
Dua dalam Satu
Dua dalam Satu
Dua dalam Satu
Sajalah...
Jangan membuat-Nya cemburu lagi!
Awas kau!
-----------------
Masih belum cukup???
Sudah diam!
Tutup mulut sampahmu itu
Surya!
Gunakan hatimu untuk
berbicara!
Hati yang menggantungkan
hatinya kepada Sang Pemilik Hati...
Memandang langit biru di sore hari sungguh menyejukkan
Apalagi jika suasana mulai senja...
Biru berpadu kekuningan yang sangat cantik
Subhanallah...
Senja itu...
Ku ingin bisa segera bercengkrama dengan bintang,
purnama, cahaya, atau langitnya sekalian
Atau apapunlah namanya...
Terserah!
Di atas senja
Minum segelas susu berdua
Semangkok sup hangat berdua
Makan sepiring nasi putih dengan telur setengah matang yang dibumbui dengan
Cinta Pemilik Cinta berdua...
Bidadari hadiah dari-Nya
Di atas senja
Senja di dalam genggaman Tangan Penguasa Senja
Lagi – lagi...
Asal tidak gila – gila...
Aku tidak gila!
Hanya mungkin kurang waras!
Ah sama saja itu Surya!
Kembalilah Surya...
Kembalilah Surya...
Kembalilah Surya...
Tempatmu bukan disini!
Surga dengan bidadari yang bermata jeli...
Di
dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangannya,
tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang
menjadi suami mereka), dan tidak pula oleh jin.
Maka
nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Seakan-akan
bidadari itu permata yakut dan marjan
Maka
nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Tidak
ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)
Maka
nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Senja di teras Aula Al-Abqory dg ditemani semut2 yg
lagi berlarian
17:39, 7/1/2013
Aku yg rindu akan hadirnya dalam hadir-Mu
Gores Pena Sang Surya yg masih dlm perjalanan
pulang...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar