Untukmu yang kini entah dimana
Entah apakah kita pernah bertemu atau tidak
Bagiku tidak jadi soal
Aku sekarang sedang menghias umbul – umbul di depan rumah untuk menyambut
kedatanganmu
Sebentar kawan!
Jangan ganggu aku!
Aku lagi membetulkan genteng
yang bocor dan lantai yang sudah banyak retak
Ku cat ulang rumahku dan
kubuat indah seluruh isi rumah
Untukmu yang kini entah berbuat apa
Ijinkan air mataku mengalirkan isi hati dalam secarik kertas yang ku
keluarkan dari hatiku
Cukup lama aku menyimpannya dengan rapi dan tersembunyi
Aku yakin engkau sekarang sedang melukis pemandangan indah masa depan dalam
kanvas putih yang telah engkau siapkan
Kanvas itu tentulah kau buat sendiri
Ya tidak???
Untukmu yang kini entah dengan
siapa
Ku kayuh sepeda onthelku
dengan sepenuh tenaga
Keringat deras bercucuran membentuk
irama yang merdu
Untuk siapakah jika bukan
untukmu
Meski awan hitam masih menutupi wajahmu
Aku tidak tahu
Biarlah awan itu menjagamu dulu ya dengan penjagaan extra ketat
Untukmu yang kini entah memikirkan
apa
Silahkan saja kau dengan
pikiranmu
Berdamailah dengan waktu
Biar waktu yang akan
menjawab
Hai waktu......
Ku makan kau dengan beberapa kali santapan
Mungkin dua puluh enam kali santapan barulah aku bisa menghabiskanmu
Kembali kepada kau yang kini kita masih belum diijinkan
oleh Sang Penguasa untuk bertemu
Saksikanlah kalau air mataku sedang terbang menuju langit
ke tujuh untuk menghadapkan dirinya kepada sang penggenggam kehidupan
Tetes demi tetes mulai naik
tanpa tangga untuk mengadukan nasibnya
Bayang air yang jatuh ke
bumi juga menjadi saksi akan perjalanan sang air
Tanah – tanah yang basah pun
juga turut menyaksikan cerita yang telah terukir
Untukmu yang kini masih tanda tanya.....
Ku coba mengurai benang merah untuk menemukan ujung dari segala penantian
Sendiriku dalam bimbingan Sang Pemilik Nyawa berusaha mengikuti alur waktu
yang telah dibuat-Nya dengan sangat sempurna
Ku ingin sampai pada tujuan tepat waktu dan bisa berdialog dengan waktu
Nanti pada saatnya......
“Hai waktu!”
“Sampailah aku kepadamu”
“Kini ku tahu sejatinya kau”
“Kini ku tahu bahwa ternyata
dialah yang selama ini ada di belakangmu.....”
“Dan kini akhirnya aku bisa
duduk bersama dia dalam pangkuan sang waktu”
Semoga dia itu kau.....
Kau yang kini entah mengharapkanku atau tidak......
Tapi sebelum kita bertemu alangkah lebih baiknya jika kita berdua sama –
sama mengadu bersama waktu kepada Sang Pengatur Waktu............
Kantor KMJ, 24/08/2013, 13:32
Tidak ada komentar:
Posting Komentar