Tinggal sedikit saja saat sang
pengejar mimpi benar-benar kehilangan akalnya
Gak ubahnya seperti tuna wisma
di tengah padang pasir yang retak
Laksana dihisap habis seluruh
aliran nafasku oleh sang pelahap maut yang membabi buta
Kini darahku tinggal setitik
dalam luasnya samudera
Ceritanya
sekarang aku lagi asyik menghitung hari yang tidak lebih dari satu tangan
kiriku dengan jari-jari yang masih utuh
Menghitung sebuah kepastian hitam dan putih
Tanpa senyum sang surya
Aku masih ingin tidur, tidur
dan tidur
Aku belum mau bangun dari
rangkaian panjang pemandangan terindah yang coba ku lukis dengan semua energi
positifku dalam bunga-bunga yang sempat berseri di tengah malam
Aku
berniat mencium selendangnya
Dia
berniat mencucinya
Aku
dan dia menjadi jauh
Apa yang terjadi padaku?
Apa yang terjadi padanya?
Apakah pantas aku berusaha
melepas jantungku yang masih berdetak setelah semua yang telah diberikan Sang
Penguasa Surga?
Dia adalah Engkau juga
Raga
yang ku miliki
Jiwa
yang ku diami adalah milik-Mu
Kerudung
yang dia kenakan
Jilbab
yang dia pakai adalah milik-Mu
Aku yakin dan percaya semua
pahit dan manisnya semesta yang bisa terindra
Meski aku masih mencoba menghitung
hari menuju kepastian-Mu
Walau ku tahu Kau pasti disana....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar