Dalam mata – mata mungil yang
selalu melihat ke arah tanpa batas
Meniadakan dosa – dosa yang
teraba
Kokoh dalam jalan menuju Kasih
Tertinggi
Selalu mengawasi jari – jari
yang tidak pernah berhenti menorehkan karya
Mata
itu...
Anakku...
Menjadi
teman setia dalam menggapai Surga
Kepulan asap orang – orang yang
terus membanting tulang demi sesuap nasi
Sepiring nasi putih lengkap
dengan lauk – pauk dan segelas susu segar...
Ahhh...
Segar sekali rasanya...
Menjadi saksi di segala arti
Mereka
menjadikan dua puluh empat jamnya menjadi terus menyala
Semenyala
hati orang – orang yang menggantungkan bintang hanya kepada Pemberi sabar
Dengan
memakai kaos butut dan celana tiga perempat dengan rokok kretek di tangan
kirinya dan cangkul di tangan kanannya mereka melanjutkan hidup hingga mata –
mata mulai redup
Sayup
– sayup...
Tertidur
pulas...
Aku?
Belum bisa tertidur dengan
semesta amanah
Mata lah tidur hatinya masih
hidup
Sehidup darah – darah dan
oksigen serta karbon dioksida yang selalu keluar masuk dari dan ke dalam tubuh
dengan sangat teratur
Seteratur semua galaksi yang
ada di sepenuh langit!
Seteratur Sunnatullah...
Pergantian
siang dan malam melalui suatu perencanaan yang sangat matang dan keduanya tidak
lah mungkin akan bisa saling menyapa
Meski
mereka saudara
Semua
sudah tergariskan
Semua
sudah terpetakan
Namun
mereka berada dalam satu garis putih yang lurus
Begitu halnya purnama, bintang
dan surya yang selalu hidup berdampingan tanpa ingin mencubit satu sama lain
Semua sudah tergariskan
Semua sudah terpetakan
Ketiganya sudah mempunyai kadar
cahayanya masing – masing meski tingkat ketergantungan cahayanya berbeda – beda
Yang
pasti mereka semua butuh cahaya dari Cahaya Pemberi Cahaya
Bukan
sembarang cahaya
Namun
cahaya dari Cahaya Pemberi Cahaya yang pasti terindah mengalahkan cahaya malam
yang indah sekalipun
Ketika raga dan jiwa mulai ada
ketidaksinkronan
Keraguan dalam kepastian
Bertemu cahaya di atas Garis
Sempurna
Namun...
Ahhh...
Memang
kalau hanya sekedar cahaya tidak mungkin menimbulkan terang
Kalau
cahaya dari Cahaya Pemberi Cahaya pasti akan menenangkan
Bercahaya
sebelum datang cahaya
Meski
tanpa ketiadaan cahaya malam yang indah
Apalagi
jika dia ikut menyempurnakan separuh purnama
Dengan
catatan cahayanya harus di dalam genggaman tangan Pembuat Awan
Oalah – oalah...
Air mata
Mata dua
Dua sisi
Sisi hitam
Hitam putih
Putih salju...
Cahaya putih dari Pembuat Putih
Pastinya
telah melekat dalam diri sejak roh masih di alam ‘azali
Tidak
percaya?
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan
keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian
terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?"
Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi".
(Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:
"Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini
(keesaan Tuhan)"
Lalu mengapakah ketika purnama mulai bersinar – yang itupun sinar dari
Pemberi sinar – tiba lah waktunya dia lupa akan Sinar Kesejatian?
Kadang masih terbersit untuk menggantungkan cahaya malam...
Yang indah kah???
Hmmzzz...
Bisa jadi!
Sudahlah purnama...
Berkacalah pada bintang dan nasehat purnama
untuk bintang
“Gantungkanlah cahaya hanya pada Pemberi
Cahaya”
“Mintalah sempurna hanya pada Pemberi
Sempurna”
Dengan redaksi berbeda namun tidak mengurangi inti dari segala inti
Inti kehidupan ceritanya...
Hidup dalam Kesejatian...
Tambahannya ini :
Bintang putih yang berkilauan dengan cahaya
malam yang indah itu pasti akan menjadi istimewa jika purnama meraihnya dengan
iman dan ilmu atau bintang itu datang ke hati purnama dengan bimbingan Sang
Pemilik Hati
Cukuplah LA ILAHA ILLALLAH MUHAMMAD RASULULLAH sebaik pegangan
ketika kemudi mulai goyah
Kalam – kalam suci menjadi sebaik teman hidup!
Dan sungguh cahaya siapakah yang lebih indah melebihi semua cahaya di
dunia???
#GPSS,
Dlm1/3 mlm yg berpadu irama keheningan...
Di
#BumiAllahAturanAllah
3:47,
3/1/13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar