Duhai mata.....
Betapa malangnya nasibmu
Rambutpun menari
Betispun memanggil
Dadapun menawarkan dirinya
Mata
yang selalu berusaha melangkah dalam kanvas putih
Eh
ternyata kanvasnya hitam
Matapun
ikut dalam hitamnya kanvas yang hitam
Menangislah mata
Tersenyumlah murka
Terpejampun
masih memanggil – manggil duhai sang mahkota
Terekam
jelas dalam isi kepala tempat bersandarnya mata
Matapun
menjelma dalam isi kepala
Salahkah mata jika menuruti
selaksa hawa?
Hawa itu terus menghias siang
dengan rambutnya hingga malampun menutup siang
Mata
????
Sungguh
mata tak berdaya melawan bisikan angin supiyah
Kasihan kau mata.....
Semoga mata bisa menundukkan
ingin untuk menatap sinta dalam ketiadaan busana
Ruang Utama KMJ, 17:05, 22/08/2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar