Keindahan kupu - kupu yang berlarian dan menyanyi riang
gembira bersama sekumpulan burung gereja di halaman rumah terlihat begitu
menyenangkan di matanya yang terasa agak perih. Dengan di belai oleh kehangatan
sinar sang surya pagi ini membuatnya semakin merasa nyaman untuk bisa
meneruskan hidup kembali. Tidak ketinggalan juga sapaan mesra angin yang
bertiup sepoi – sepoi mengalir lembut melantunkan simfoni – simfoni merdu nan
menawan. Juga jam dinding di dalam rumah yang berjumlah tiga buah itu mencoba
mengintipnya yang sedang menghibur diri di teras rumah setelah kejadian akhir –
akhir ini.
Dia menghadapkan wajahnya ke arah wajah sang surya yang
baru menyapa dunia dengan senyum indahnya agar semua bagian tubuh yang terasa
lemas mulai kemarin malam menjadi agak berkurang rasa lemasnya. Memang rumahnya
menghadap ke arah sang surya ketika hendak muncul untuk memberikan senyumnya
kepada dunia. Sehingga di jam 08.00 ini sang surya langsung bisa mengenai
sebagian besar bagian teras rumahnya dikurangi bayang – bayang yang tercipta
akibat terhalangnya sinar sang surya karena dua pohon yang berdiri berjajar
dengan gagahnya. Pohon mangga di sebelah kanan rumahnya yang berukuran sedang
dan pohon belimbing yang berukuran cukup besar di sebelah kiri ditambah bunga –
bunga yang mulai bermekaran di sekitar pagar – pagar itu sempat mengalihkan
perhatiannya hingga akhirnya ikan – ikan yang terus bercanda dan bermain petak
umpat di dalam kolam yang berukuran 40 x 50 cm dengan tinggi 10 cm yang
terletak di sudut utara dan menempel dengan sisi dinding rumah bagian luar tiba
– tiba memanggil – manggil Surya Putra, seorang pemuda dua puluh lima tahun
yang tadinya sedang menikmati kehangatan sang surya untuk segera mendekat.
“Subhanallah
indahnya ciptaan-Mu”, sambil melihat sekeliling bersama
dekapan sinar sang surya yang membelainya mesra. Ikan – ikan yang terus
bercanda itupun turut manambah kekaguman akan ke-MAHABESAR-an dan keindahan
ciptaan-Nya.
“Adakah ciptaan-Nya yang sia – sia? Adakah ciptaan-Nya
yang terbuang percuma? Adakah ciptaan-Nya yang tiada bermakna? Tidak. Itu tidak
mungkin. Pastilah semua yang ada di dunia ini mempunyai arti sendiri – sendiri.
Kalau kita belum bisa menangkap arti dari masing – masing ciptaan-Nya, jangan
lalu kita menyalahkan Tuhan yang tidak profesional untuk menciptakan sesuatu.
Kalau kita memang belum bisa menangkap hikmah di balik penciptaan kutu rambut,
jangan lalu kita menyalahkan-Nya karena membuat benda menjijikkan menurut kita
itu. Jangan. Itu tidak boleh. Jangan. Itu tidak benar. Justru karena kelemahan
kitalah menyebabkan masih banyak rahasia – rahasia Nya yang belum terungkap”,
gumamnya dalam hati.
“Kalau aku gimana
?”, tanya Surya pada diri sendiri saat merenung tentang keindahan dan
kesempurnaan semua ciptaan-Nya.
“Kalau aku gimana
?”, tanya Surya menegaskan lagi pada diri yang terdiam membisu.
“Kalau aku gimana ?”,
tanyanya lagi untuk ketiga kalinya pada dirinya yang terdalam untuk mencoba
menjawab semua pertanyaan yang masih berkelebat di ruang – ruang dalam jiwanya.
“Kalau memang semua yang telah Kau ciptakan di dunia ini
pasti ada artinya. Kalau memang semua yang telah Kau ciptakan di dunia ini
pasti ada hikmahnya. Lalu apa arti semua ini ? Apa hikmah di balik semua
peristiwa yang telah terjadi padaku ?” Surya bertanya kembali ke kedalaman
hatinya.
Sambil terus memandangi ikan – ikan yang berwarna – warni
berkeliling ke ujung – ujung kolam untuk mencari sisa – sisa makanan yang
kemarin telah diberikannya, Surya masih belum bisa menemukan jawaban terhadap
misteri kehidupan yang telah menimpanya.
“Apa salahku Ya Allah ?”, terbersit dalam hatinya yang
sempat merasa tidak nyaman dengan diri sendiri dan suasana yang menimpanya.
Lalu tiba – tiba dia teringat akan wajah yang selalu menghantui
mimpinya lima tahun belakangan ini. Wajah itu. Wajah yang selalu tersenyum
kepadanya. Wajah itu. Wajah yang terus mengusik hati terdalamnya. Wajah itu.
Wajah yang selalu menghiasi setiap bagian dari hidupnya. Wajah itu. Wajah yang
kini telah menjadi milik orang yang baru dia kenal.
Bermula dari perjumpaan yang tidak disengaja saat bersama
– sama mengisi kajian Ramadhan di salah satu sekolah SMP Negeri di kota Bangil,
Pasuruan. Bermula dari itu Surya kemudian bertanya kepada Musyrif nya tentang siapa nama gadis itu. Dia tidak berani bertanya
langsung kepada gadis tersebut karena memang menurut agama Islam, bertemu dan
bercakap – cakap dengan lawan jenis yang
bukan mukhrim dengan tidak disertai
oleh kepentingan syar’i itu tidak
boleh. Akhirnya ketemulah nama si gadis itu. Ya, nama yang sangat indah.
Namanya Alisha Nur Rahmah. Gadis dengan kerudung dan jilbab hijau batik itu
terus membayangi setiap hari – hari Surya setelah itu.
Awalnya memang tidak ada perasaan apa – apa. Hanya
bermula dari keisengan untuk bertanya tentang namanya membuat sesuatu yang fitrah itu terjadi. Rasa ketertarikan
dengan lawan jenis yang bisa membuat damai hati. Rasa yang pasti ada di hati
setiap insan yang normal. Rasa yang pasti diikutkan di setiap penciptaan
makhluk yang bernama laki – laki dan perempuan oleh Tuhan mereka.
Surya pun juga sebelum bertemu dengan Alisha, sudah ada
dua gadis di kehidupan sebelumnya. Yang pertama bernama Ayunda Lizia Putri yang
dikenalnya sejak masih SMP dan yang kedua bernama Diah Ayu Silviana yang
dikenal tepat dua tahun sebelum dia bertemu dengan Alisha. Tapi yang ini
berbeda. Surya bertemu dengan Alisha di jalan dakwah. Surya bertemu dengan
Alisha saat dia baru mengenal akan arti dari sebuah kehidupan ini berikut tugas
– tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang manusia. Surya bertemu dengan
Alisha saat dia baru mengerti akan arti sebuah kedewasaan. Akan arti dari
sebuah proses kehidupan.
Kalau cerita antara Surya dengan Ayunda, kejadiannya
bermula ketika Surya menjadi pemimpin upacara pada waktu SMP kelas 7 dan Ayunda
menjadi salah satu Paskibra bagian kanan pada saat upacara yang sama. Berawal
dari itulah akhirnya Surya menaruh perasaan lebih kepada Ayunda. Dengan rambut
panjang di bawah bahu, menari – nari ketika dihembus oleh tiupan angin yang
mendekap hangat dan warna hitam menyelimuti setiap helai rambutnya membuat
Surya semakin terpikat padanya. Ternyata Surya dan Ayunda pun berada di kelas
yang sama, yaitu kelas unggulan 7A. Saat itu Surya menjadi ketua kelas dan Ayunda
menjadi sekretaris kelas. Perasaan itu dipendam hingga awal semester kedua
berjalan dengan sangat lambat. Akhirnya Surya pun mencoba untuk mengungkapkan
isi hatinya kepada Ayunda. Awalnya Ayunda menolak dan dengan malu – malu segera
berlari menjauhi Surya. Tapi Surya tidak menyerah, dia terus mendekati Ayunda
tanpa kenal lelah dan berusaha untuk menjinakkan hatinya yang teramat dingin.
Memang beralasan Surya menaruh hati kepada Ayunda.
Disamping parasnya yang cantik dan tubuhnya yang tinggi semampai serta putih
kulitnya bisa menerangi malam yang terlalu hitam, dia juga memiliki personality yang lembut dan brain yang lumayan encer. Terbukti
ketika semester satu dia meraih juara dua di kelas. Awalnya Surya menaruh perhatian
kepadanya hanya karena kecantikannya, tapi setelah tahu kalau dia juga cukup
cerdas dan mempunyai kepribadian yang baik, akhirnya dia menjadi semakin
berhasrat untuk memilikinya. Kok berani
Surya mencoba untuk memikatnya? Siapa sich
Surya? Apa kelebihannya?
Surya adalah sosok yang boleh dibilang hampir mendekati sosok
yang ideal. Dengan wajah yang menawan, kepribadian yang lembut, sikap tegas
pada setiap kesalahan yang dilakukan oleh teman – teman sekelasnya dan prestasi
akademiknya yang sangat bagus, dia pantas kiranya memiliki sosok seperti
Ayunda. Dia menjadi juara satu di kelasnya mengalahkan Ayunda yang hanya
berdiri di juara dua. Prestasi non akademiknya juga bisa dibilang cukup
memuaskan. Meski masih kelas 7, dia sudah menjabat menjadi wakil ketua OSIS
untuk satu tahun periode kepengurusan. Ya. Dia layak mendapatkan Ayunda.
Hingga awal semester satu di tahun selanjutnya, tepatnya
kelas 8 lah Surya akhirnya berhasil menaklukkan hati Ayunda. Dengan berbekal
ketulusan dan kepintarannya dalam merayu wanita, dia berhasil memikat sosok
Ayunda dan Ayunda pun jatuh ke dalam tangannya.
Di kelas 8 itulah prestasi keduanya menjadi semakin
melejit. Surya akhirnya terpilih menjadi ketua OSIS dan Ayunda terpilih menjadi
ketua Pramuka. Memang Ayunda aktif dalam kegiatan kepramukaan di sekolahnya
waktu itu. Bahkan dia menjadi ketua regu putri untuk regu inti pramuka yang
dikirim ke tingkat Kabupaten untuk mewakili kecamatannya. Surya pun juga tidak
ketinggalan, prestasi menjadi juara umum peringkat kelas menjadi gelarnya di
semester satu kelas 8 mengalahkan semua siswa yang berperingkat satu mulai
kelas 7 sampai kelas 9. Di bidang non akademik, dia dan regunya berhasil
mengikuti Lomba Tingkat Nasional (LT V) di Jakarta tahun 2002. Meski hanya
finish di peringkat 3 nasional, tapi prestasi itu adalah puncak dari segala
prestasinya dan puncak dari segala prestasi kepramukaan kabupaten tercintanya selama
itu. Sebelum regu elang yang dia pimpin mewakili propinsinya, Jawa Timur, selama
itu kabupaten Pasuruan tempatnya bersekolah belum pernah berhasil mengikuti
lomba pramuka sampai tingkat nasional. Jangankan tingkat nasional, memenangkan
lomba pramuka tingkat propinsi saja tidak pernah.
Surya menjadi ketua regu yang sangat berwibawa waktu itu
sehingga bisa menjadikan dirinya teladan bagi tim seperjuangannya di regu
elang. Kalau Ayunda, meski dia dan regunya harus kandas di tingkat kabupaten,
tapi regu mawar yang dia pimpin berhasil menyabet juara 2 tingkat kabupaten.
Hingga memasuki tahun ketiga di SMP itu, kebersamaan keduanya
menjadi semakin erat. Meski kelas 8 dan kelas 9 keduanya tidak lagi bersama,
tapi keduanya tetap bisa berhubungan satu sama lain. Bahkan ketika sudah
mendekati Ujian Nasional dan keduanya sudah off
dari semua kegiatan, kedekatannya menjadi semakin intens dengan saling menyemangati dan memberikan dukungan satu sama
lain agar ujian menjadi lebih siap. Keduanya juga sering bertemu untuk membahas
soal – soal dan kerja kelompok bersama kawan – kawan yang lain guna
mempersiapkan diri menghadapi Ujian Nasional tersebut.
Akhirnya saat yang mendebarkan itupun tiba. Ujian itu
terasa begitu menyenangkan bagi mereka. Betapa tidak, hampir semua soal – soal
berhasil dikerjakan dengan baik oleh keduanya. Bahkan Surya mendapatkan nilai
sempurna di dua mata pelajaran yang diujikan tersebut. Matematika dan bahasa
inggris berhasil diraihnya dengan nilai sempurna.
Dan saat pengumuman kelulusan dan pengumuman peringkat
Daftar Nilai Ujian Nasional itupun sudah di depan mata. Seperti yang telah
diduga sebelumnya, akhirnya Surya berhasil menduduki posisi pertama perolehan
DANUN tertinggi tingkat sekolahan dengan rata – rata 9,5 untuk empat mata
pelajaran yang diujikan. Bahkan nilainya berhasil menembus posisi teratas
perolehan DANUN tertinggi tingkat propinsi. Sedangkan Ayunda hanya puas
menduduki peringkat kedua setelah Surya.
Surya bangga dengan prestasinya dan Ayunda pun
menyalaminya sebagai ucapan selamat atas prestasi Surya yang sangat
membanggakan sekolahannya. Surya pun juga mengucapkan selamat atas prestasi
Ayunda yang boleh dibilang cukup bagus sebagai juara runner up setelah dirinya. Lalu keduanya pun berpisah dan pulang ke
rumahnya masing – masing.
--------------------------------------------------------------------------------------------
Dua tahun berpisah membuat keduanya menjadi jarang
bertemu. Memang sekolah yang mereka pilih berbeda. Surya memilih melanjutkan
sekolah di salah satu SMA ternama di Surabaya, sedangkan Ayunda hanya
bersekolah di SMA Negeri di daerah Bangil, Pasuruan.
Sekarang sudah tahun ketiga keduanya merasakan bangku SMA
di sekolah mereka masing – masing. Surya masih menjadi bintang kelas di kelas
IPA dan seabrek prestasi non akademik
lainnya. Mulai dari juara pertama liga basket pelajar tingkat Provinsi di DBL
Arena kota Surabaya, menjadi Paskibraka tingkat Nasional tahun 2004, menjadi
duta pariwisata Jawa Timur dan terpilih sebagai pemeran utama dalam fragmen
budi pekerti lomba teater se-Jawa Timur yang diadakan di Madiun dengan lakon Joko Sambang. Sedangkan Ayunda,
prestasi akademiknya agak menurun dibandingkan tahun – tahun saat dia bersama
Surya.
Memasuki awal tahun di kelas 12 terasa agak begitu hambar
bagi keduanya. Pertemuan seperti dulu saat masa – masa indah di SMP sudah tidak
ada lagi. Surya sudah terlalu sibuk dengan semua aktivitasnya di SMA. Sedangkan
Ayunda, jangan ditanya, sejak mulai masuk ke SMA, dia langsung bergabung dengan
tim cheerleaders favorit di
sekolahnya. Memang prestasi akademiknya jauh berkurang dibandingkan sewaktu
masih di SMP, tapi prestasi di dunia yang baru dia geluti, dia bisa menjuarai cheerleaders championship tingkat
propinsi. Namun sayang, pergaulan bebas yang selama ini mulai akrab dengannya
menggiringnya untuk memasuki dunia yang kelam. Merokok dan gonta – ganti pacar
mulai tidak asing baginya. Awalnya kegiatan yang dilakukan oleh Ayunda tidak
diketahui oleh Surya, namun lambat laun karena perubahan yang mencolok, akhirnya
Surya pun mengambil tindakan tegas untuk memutuskan dia. Berat memang bagi
Surya untuk memutuskan Ayunda karena disamping dia adalah gadis yang sempurna,
dia juga cinta pertama bagi diri seorang Surya.
Tepat sebulan setelah awal tahun ajaran baru di SMA,
keduanya resmi tidak menjalin hubungan istimewa lagi. Keduanya lalu melanjutkan
aktivitas masing – masing dengan tanpa komunikasi satu sama lain. Lagi – lagi
Surya terlarut dengan segudang aktivitas positifnya dan Ayunda dengan pergaulan
bebasnya.
Setelah kejadian itu, Surya berjanji dalam hati untuk
tidak akan menjalin hubungan istimewa dengan wanita siapapun sampai dia
memutuskan untuk menikah kelak. Dia merasa dikhianati oleh sosok seperti Ayunda.
Dia tidak mau mengulangi kesalahan seperti dulu. Dia ingin fokus pada belajar
dan mencari pengalaman sebanyak – banyaknya. Sedangkan Ayunda bagaimana? Jangan
ditanya lagi, dia sudah memutuskan jalannya sendiri yang sudah tidak berjalan
normal di atas rel – rel agama lagi seperti dahulu.
Saat itu bulan Januari 2006, awal tahun di tahun ketiga
Surya menapaki tahun – tahun di SMA yang penuh dengan kenangan. Setelah
kejadian Surya memutuskan Ayunda, dia merasa hatinya sangat hancur. Maklumlah
Surya termasuk anak muda yang belum tahu tujuan utama dari hidupnya waktu itu.
Sehingga wajar kalau hanya dengan masalah seperti itu saja bisa membuat Surya
menjadi lemas tak berdaya. Tapi kegalauan
Surya berjalan tidak begitu lama setelah dia kembali menekuni hobi – hobi
positifnya.
Pada saat yang sama, ternyata dia baru sadar kalau di
sekolahan tempat dia mencari ilmu sekarang ada sosok yang cukup bisa menyita
perhatiannya. Dia adalah seorang adik kelasnya yang masih kelas 10. Wajahnya
manis dengan dibalut seragam khas anak SMA, yaitu putih abu – abu dengan
tambahan kerudung putih yang menutupi seluruh rambutnya. Gadis itu bernama
lengkap Diah Ayu Silviana. Surya tahu namanya saat dia mengabsen satu – persatu
seluruh peserta MOS
Kejadian itu bermula saat Surya menjadi Ketua Tim D atau
Tim Disiplin waktu pelaksanaan Masa Orientasi Siswa di SMA nya. Ketika
pelaksanaan MOS pada bulan Juli 2005 lalu, disamping menjadi penanggung jawab
seluruh kegiatan MOS, Surya juga dipercaya untuk langsung memimpin anggota elit
yang bertugas untuk menindak setiap pelanggaran yang dilakukan oleh adik – adik
baru yang mengikuti kegiatan MOS waktu itu. Sungguh sangat tajam sorot mata
Surya ketika menjalankan tugasnya menghukum peserta MOS yang melanggar aturan.
Bahkan pernah Surya menggunduli salah satu peserta MOS yang ketahuan rambutnya
disemir merah.
Surya memang terkenal sangat disiplin dalam
kesehariannya. Sehingga ketika kelas sebelas, dia menang mutlak dalam pemilihan
Ketua OSIS yang baru tahun pelajaran 2004/2005 dengan perolehan 78% dari total
jumlah suara pemilih waktu itu.
Kejadian MOS berlangsung cukup menegangkan. Dan bagi
Surya sendiri, menurutnya ini adalah ajang untuk mengabdi kepada sekolah
tercintanya dengan cara benar – benar menerapkan kedisiplinan kepada murid baru
sejak masih pertama kali mereka menginjakkan kaki di halaman sekolahnya. Memang
sich, dari cara yang diterapkan Surya
dengan menghukum tanpa pandang bulu, tanpa pilih kasih dan tanpa pandang
sayang, dia banyak dibenci oleh peserta MOS. Dan itulah resiko yang harus
diterima oleh Surya. Sehingga hanya Surya lah yang berhak memimpin anggota Tim D
sendiri. Karena hampir seluruh temannya di jajaran OSIS yang dipimpinnya tidak
sanggup memikul beban tanggung jawab tersebut.
Tapi tidak gadis itu, dia memilih sikap untuk mengagumi
Surya sebagai kakak kelas yang tegas dan berdisiplin tinggi. Dia justru memuji
ketegasan Surya dalam menindak setiap peserta MOS yang melakukan pelanggaran.
Diam – diam Silvi – nama panggilan gadis itu - yang anaknya sangat lemah lembut
n santun dalam berbahasa ternyata
menyimpan perasaan yang lebih dari sekedar menghormati Surya sebagai seorang
kakak kelas. Diam – diam Silvi ternyata menaruh simpati yang besar kepadanya.
Meski perasaan Silvi tidak diketahui oleh Surya dan Surya sendiri memang sudah
berjanji kepada dirinya untuk tidak berpacaran setelah dia dikhianati oleh
cinta pertamanya ketika masih memakai seragam biru putih.
Sudah 6 bulan sejak pelaksanaan MOS berlangsung. Waktu
itu bulan Januari di tahun 2006. Surya secara tidak sengaja berpapasan dengan
Silvi di salah satu sudut jalan di halaman sekolahnya pada saat istirahat. Tiba
– tiba Silvi mengucapkan salam kepadanya.
“Assalamu’alaikum”
terdengar suara lirih dari mulut seorang Silvi
“Wa’alaikumsalam” jawab Surya dengan rasa kaget dan penasaran
Lalu keduanya berpisah tanpa mengucap satu patah kata
pun. Silvi melanjutkan aktivitasnya menuju ke perpustakaan dan Surya melaju ke
kantin sekolah untuk sekedar mengganjal perut yang telah hampir kosong.
Di kantin itu Surya merenung dan berpikir seorang diri
tanpa menghiraukan gurauan dari teman – temannya sambil menikmati segelas es
teh dan martabak 2 buah yang baru di angkat dari wajan penggorengan dan masih
panas.
Teringat sekelebat
cahaya yang muncul dari wajah gadis yang menyapanya barusan. Siapa dia ya? Hatinya bertanya - tanya. Sungguh anggun
paras yang baru saja muncul di hadapannya. Dia lalu mengingat – ingat setiap
kejadian mulai dari masa – masa MOS hingga saat dia di kantin saat itu untuk
mencari jawaban dari gadis yang baru muncul di hatinya.
“Ahah, ya aku
tahu”, suara pelan keluar dari bibir Surya di sela menghabiskan es teh yang
tinggal satu tegukan lagi.
“oh iya, dia namanya Silvi, gadis yang waktu MOS dulu
kagum padaku di saat banyak peserta MOS lain yang justru membenciku karena
ketegasanku”, tiba – tiba dia tahu jawaban dari pertanyaan yang baru saja muncul.
Waktu itu minggu kedua di bulan yang sama. Seakan Surya
melupakan janjinya untuk tidak berpacaran lagi, dia lalu mencoba mendekati
Silvi yang nampak bersinar ketika dilihat dari kejauhan. Dia bersama teman –
temannya di perpustakaan sekolah ketika jam istirahat untuk melahap buku – buku
novel di tempat itu. Ya, hobi Silvi adalah membaca dan dia ikut menjadi salah
satu tim redaksi dari majalah di sekolahnya.
“Assalamu’alaikum”, kata Surya sambil mendekati Silvi dan berusaha
mencairkan suasana di ruangan itu.
“Wa’alaikumsalam”, jawab Silvi agak kaget dan tidak menyangka kalau Surya
yang datang.
Akhirnya percakapan pun dimulai antara Surya, Silvi dan 3
orang teman dari Silvi yang ikut nimbrung
di perpustakaan waktu itu.
“Dik, namanya Silvi ya?”, tanya Surya mengawali
percakapan
“Iya Kak, kok
tahu?”, jawab Silvi sambil sedikit malu menjawabnya
Sebenarnya Silvi sendiri merasa senang ketika Surya
menyapa dan mengajak ngomong dirinya. Hanya saja Silvi termasuk anak yang
pemalu dan tidak berani mengungkapkan perasaannya pada Surya. Singkatnya
percakapan itu pun dimulai dan berjalan cukup lama hingga tak terasa istirahat
yang hanya setengah jam itupun tak terasa sudah dilalui oleh keduanya dan teman
– teman Silvi dengan sangat cepat.
Lalu apa yang terjadi selanjutnya? Ternyata Surya sudah tidak
seperti dulu lagi sewaktu masih SMP. Dia sudah tidak mau lagi mengumbar kata –
kata manis untuk mengikat seorang gadis pujaan hatinya. Dia lebih memilih
menjadikan Silvi sebagai adik ketemu
gedhe saja, tidak lebih. Surya takut kalau kejadian penghianatan yang telah
dilakukan oleh gadis di kehidupan sebelumnya terulang kembali. Meski kemudian
Silvi jelas berbeda dengan Ayunda. Silvi anaknya lebih sopan dan tidak banyak
tingkah, dan yang terpenting adalah Silvi memakai kerudung meski tidak secara
sempurna dengan menyertakan jilbabnya sekalian. Tapi itu sudah menjadi
keputusan Surya untuk tidak mau berpacaran lagi. Surya sangat takut menjalani
hubungan yang belum halal baginya. Lebih dari sekedar alasan untuk tidak ingin
dihianati oleh pasangannya, si Surya ternyata memiliki impian yang cukup mulia,
yaitu dia ingin nanti pacarnya akan benar – benar bisa menjadi istrinya kelak.
Dan itu masalahnya, dia tidak berani memastikan kalau Silvi nanti akan menjadi
istrinya. Toh sekarang dia masih
harus menyelesaikan satu tahun yang tersisa dari tingkat SMA ini. Masih terlalu
muda untuk memikirkan pernikahan yang baginya benar – benar harus dipersiapkan
secara matang dan sempurna. Mungkin kira – kira masih kurang lima atau tujuh
tahun lagi Surya menikah, sehingga waktu yang cukup panjang itu dia tidak bisa
memastikan untuk bisa mempertahankan hubungannya dengan si Silvi. Surya tidak
ingin kalau ke depannya jika dia benar – benar berpacaran dengan Silvi dan tiba
– tiba terjadi keretakan yang akhirnya putus, dia tidak ingin sakit hati atau
menyakiti hati orang lain. Cukup sekali Surya merasa hatinya begitu hancur.
“Huhhhh, ya
sudahlah, jalani aja semuanya”, kata
si Surya dalam hati.
Bagaimana dengan Silvi? Apakah dia mau menerima begitu
saja keputusan Surya untuk tidak mau menjadikannya pacar, padahal dalam hatinya
sangat ingin untuk memiliki Surya, seorang lelaki pujaan hatinya? Apakah Silvi
rela untuk melepaskan Surya begitu saja? Tentu saja jawabannya tidak. Silvi
sangat mencintai Surya dalam hatinya. Sampai – sampai sifat pemalu dalam diri
Silvi tidak menghalangi dia untuk mengutarakan maksud hatinya kepada Surya.
Tapi sungguh bijak kata – kata Surya dalam memberi pengertian kepada Silvi
tentang segala isi hati Surya. Dan akhirnya Silvi pun menerima semua yang
dikatakan Surya. Toh itulah yang
terbaik bagi keduanya, pikirnya kemudian.
Bulan – bulan terakhir di SMA itu dilalui keduanya dengan
sangat kompak. Meski mereka berdua tidak berpacaran, tetapi mereka terlihat
sangat dekat. Surya sudah menganggap Silvi seperti adik sendiri. Bahkan
kemudian Silvi pernah curhat masalah cowok di kelasnya kepada Surya. Yach, Surya dengan bijak memberi nasehat
– nasehat kepada adiknya itu, Silvi.
Sebenarnya Surya sangat berat untuk menjalani kehidupan seperti
ini. Aslinya Surya masih sangat berharap kalau Silvi itu bisa menjadi
pasangannya kelak, meski sekarang dia hanya menganggapnya sebagai adik.
Sedangkan Silvi sendiri ternyata juga mempunyai perasaan yang sama terhadap
Surya. Bahkan ketika Silvi curhat masalah cowok kepada kakak barunya itu, dia
sebenarnya merasa risih juga. Tapi mau gimana
lagi? Pikirnya dalam hati. Lha wong Kak Surya sendiri yang
menginginkan hubugan seperti itu.
Hari demi hari berlalu, minggupun mulai berganti dengan
minggu yang lain dan bulan juga berjalan dengan tanpa henti hingga tidak terasa
Surya akan mengikuti Ujian Akhir Nasional di SMA nya. Singkatnya kemudian Surya
berhasil meraih peringkat ketiga di sekolahnya. Itu prestasi yang cukup
memuaskan bagi Surya. Betapa tidak, teman – teman Surya adalah anak – anak yang
mempunyai prestasi terbaik di SMP nya masing – masing, sehingga kompetisi di
sekolahnya itu berjalan sangat ketat dan peringkat ketiga itu baginya merupakan
prestasi yang patut untuk disyukuri.
Silvi merasa bangga dengan kakaknya itu. Dia merasa
senang melihat Surya berhasil meraih prestasi tersebut. Di satu sisi, Silvi
juga sangat sedih karena dia akan kehilangan orang yang terlalu baik ke
dirinya, yaitu Surya. Silvi gak bisa
membayangkan bagaimana dua tahun ke depan akan dijalani di SMA itu tanpa
kehadiran Surya di sisinya yang selalu memotivasinya setiap saat.
Akhirnya waktu itupun tiba, saat wisuda SMA tempat Surya
menimba ilmu diselenggarakan. Perasaan bahagia, haru dan puas bercampur jadi
satu di dalam diri seorang Surya. Silvi pun bisa melihat senyum bahagia
kakaknya itu dari atas podium tempat Silvi menyanyikan lagu Indonesia Raya
ketika wisuda tersebut. Ya. Silvi waktu itu menjadi tim paduan suara yang
mengiringi wisuda anak – anak kelas 12 Tahun Pelajaran 2005 / 2006.
Saat perpisahan keduanya pun dimulai, mereka seakan tidak
mau berpisah satu sama lain. Terlihat jelas perasaan sedih menghinggapi diri
mereka berdua.
“Selalu main – main
kesini lho Kak kalau Kakak ada
waktu luang, ingat lah aku selalu Kak yach
“ kata – kata terakhir Silvi mengiringi kepergian Surya dari sekolah itu
setelah sesaat sebelumnya dia menitipkan surat perpisahan kepada kakaknya itu.
“Insyaallah adikku,
always keep your best smilling lho yach,
aku gak kan rela kalau adik menangis”
kata Surya menutup perpisahan itu.
Secara tidak disengaja keduanya pun meneteskan air mata
penuh kesedihan di sela – sela waktu perpisahan itu. Tapi Surya harus tegar.
Dia harus melanjutkan kehidupannya dengan penuh semangat untuk mengejar semua
impian yang ada di depannya. Dalam hati Surya berandai – andai jika kelak
mungkin dialah yang akan menjadi pendamping hidupnya........
“Achh, jalani aja semua, serahkan semua pada Allah SWT, Tuhan Semesta Alam”
gumamnya lagi dalam hati.
“Selamat jalan Kak, semoga Kakak bisa meraih semua yang
Kakak impikan, adik disini selalu mendoakan yang terbaik untuk Kakak, I’ll miss u Kak, please, don’t forget me Kak yach
! Terdengar lirih kata – kata Silvi setelah keduanya berjalan saling
menjauhi satu sama lain ...........
Sesampainya di rumah, Surya membuka surat dari adiknya
itu
To: Kak Surya
Sory Kak yach,
kalau aku selama nich pernah nyakitin Kakak (baik yang disengaja atau tidak) n
makasih banget atas semua perhatian n kebaikan yang selama nich aku terima dari
Kakak. Aku gak akan pernah ngelupain semua nich.
Sedih banget
Kak coz Kakak akan pergi dari sekolah. Aku akan kehilangan orang yang terlalu
baik ke aku.
Makasih –
makasih n sekali lagi makasih Kak! Plizz jangan pernah lupain aku yang jelek
ini yach.... hehehe.......34x
Aduh........
aku sedih banget Kak. Tapi Kakak janji yach kalau Kakak ada waktu akan maen ke
skul n bertemu ma aku.
Janji kak
yach!!!!!
“ Keep your smile n don’t forget me, $1∟√á¼· ”
Adekmu,
Silvi
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Setahun setelah kejadian itu, Surya tiba – tiba menjadi
manusia yang berbeda dari sebelumnya. Berbeda dari teman – temannya kebanyakan.
Surya kemudian menjadi sosok yang sangat memperhitungkan setiap tingkah
lakunya. Dia tidak hanya melakukan aktifitas hanya berdasarkan ingin
mendapatkan manfaat atau menghindari mudharat
belaka. Tapi lebih dari itu, dia senantiasa menyandarkan setiap
perbuatannya dengan hukum Syara’. Jika
kemudian Syariat Islam membolehkan perbuatannya, maka dia bisa melanjutkan
aktifitasnya. Tapi jika hukum Syara’
melarangnya, maka dia akan mengurungkan niatnya untuk melakukan aktifitas itu.
Sungguh Surya sangat berbeda 180 % dari sebelumnya. Contohnya aja dulu ketika Surya tidak berani
menjalin hubungan spesial dengan Silvi hanya gara – gara dia tidak mau nanti
kalau mereka berpacaran dan tiba – tiba putus di tengah jalan, dia akan bisa
menyakiti hati Silvi atau dia akan tersakiti hatinya oleh Silvi sama seperti
waktu kejadian dia diputuskan oleh Ayunda di kehidupan cinta pertamanya. Hanya
sebatas itu. Dulu yang dia pikirkan hanya masalah manfaat yang akan timbul atau
keburukan yang akan terjadi. Surya gak
berpikir sampai sejauh dan sedalam seperti sekarang. Dia tidak sampai
menghubungkan setiap perbuatannya dulu dengan pertanggungjawaban dengan
Penciptanya nanti.
Kalau sekarang gimana
? Apa yang terjadi dengan Surya dan gimana
itu bisa terjadi ? Terus dimana Surya sekarang dan apa kegiatannya ? Apakah
Surya telah menemukan gadis pujaan hatinya yang nantinya diharapkan bisa
menjadi istrinya ?
Setelah lulus dari SMA, Surya memilih kembali pulang ke
kampung halamannya di kota Bangil Kabupaten Pasuruan untuk berkarya disana.
Waktu Surya memilih sekolah di Surabaya, dia tinggal di rumah kakeknya yang
tidak jauh dari sekolahan tempat dia menimba ilmu di SMA di kota Surabaya. Lalu
Surya memilih kuliah di bidang pendidikan dan memilih profesi untuk menjadi
guru. Menurutnya menjadi seorang guru adalah sebuah panggilan jiwa dan sarana
yang paling efektif untuk mengamalkan ilmu kepada para generasi muda. Surya
lalu memilih kuliah di kota Pasuruan di salah satu kampus pendidikan yang ada
di sana. Karena Surya begitu mahir dalam berbahasa Inggris, maka dia memutuskan
untuk mengambil pendidikan kuliah bahasa Inggris. Menurutnya bukanlah menjadi
suatu ukuran baku jika ingin sukses kelak, maka harus kuliah di kampus terkenal
dan dengan biaya yang mahal. Menurutnya lagi, semua kampus itu sama, baik
kampus negeri maupun swasta. Yang terpenting bagi dia adalah bagaimana seorang
mahasiswa bisa memanfaatkan waktu dan seluruh sumber daya dengan semaksimal
mungkin sehingga bisa mendapatkan apa yang dicita-citakannya.
Disamping kuliah, Surya juga berdagang kecil – kecilan di
pasar Bangil bersama ayahnya. Ayahnya yang seorang penjual sembako disana
mengajari Surya bagaimana cara berdagang yang baik. Surya memilih untuk
berdagang susu kedelai. Alhamdulilah, meski tidak terlalu banyak keuntungan
yang dia dapat, tapi itu sudah cukup digunakannya untuk membayar uang SPP
kuliahnya per semester dan semua kebutuhan sehari – harinya. Memang Surya sudah
benar – benar lepas dari meminta uang saku n biaya kuliah semenjak dia
dinyatakan lulus dari SMA. Surya malu jika sudah lulus SMA tapi masih meminta –
minta sama orang tuanya.
“Biarlah uang ayah digunakan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga sehari – hari dan buat uang saku adikku, Alicia Putri yang sekarang
baru naik kelas 8 SMP”, gumamnya dalam hati.
Surya tidak malu meski dia mengambil kuliah di jurusan
pendidikan dan berprofesi menjadi seorang penjual susu kedelai di pasar.
Baginya semua pekerjaan adalah penuh berkah selama orang yang bersangkutan
menjalaninya dengan penuh keikhlasan dan dibalut dengan sikap kejujuran dalam
melakukan semua aktivitasnya. Dengan kuliah yang mulainya jam 13.00 sampai jam17.00
itu, dia bisa berjualan pada pagi harinya.
“Alhamdulillah Ya Allah atas semua berkah yang telah
Engkau beri!” ucap seorang Surya.
Singkat cerita, setelah masa – masa Orientasi Program
Studi dan Pengenalan Kampus (OPSPEK) yang dilaksanakan oleh kampusnya, dia
mulai menjalani perkuliahan dengan normal. Sampai kemudian Allah mempertemukan
Sang Surya dengan kakak tingkatnya semester 5 yang bernama Eka Jaya yang
mengajaknya ikut kajian di Lembaga Dakwah kampus (LDK) yang ada di kampus itu.
Sebelumnya Mas Eka sudah memperkenalkan diri di hadapan ratusan Mahasiswa Baru
(Maba) yang lolos tes masuk seleksi penerimaan Maba sewaktu OPSPEK.
Dari pertemuan yang sangat singkat itu akhirnya Surya mau
ikut kajian LDK di kampusnya dan mengikuti pembinaan rutin setiap seminggu
sekali yang dinamakan halaqoh. Berkat
halaqoh itulah akhirnya benar – benar
tercerahkan, baik secara pemikiran maupun perasaannya terhadap Islam. Dari
sebuah halaqoh yang sangat sederhana
itu, akhirnya Surya benar – benar menjelma menjadi seseorang yang sangat terikat
dengan hukum Syara’.
Memang sich untuk
awal – awal kali dia ikut kajian tersebut, Surya mengalami pergolakan batin
yang sangat hebat. Betapa tidak, hampir semua pemikiran awal yang dia yakini
kebenarannya, ternyata berbeda jauh dari isi kajian yang baru dia jalani.
Sebagai contoh misalnya, dia dulu sangat mendewa – dewakan nasionalisme.
Terbukti ketika dia masih mengenakan seragam abu – abu putih, dia bisa tembus
menjadi Paskibraka Nasional tahun 2004. Sungguh sebuah prestasi yang sangat
membanggakan dia. Betapa tidak, untuk menuju ke tahap nasional itu, dia telah
berhasil menyisihkan teman – temannya dari seluruh sekolahan tingkat SMA
se-Indonesia. Dan sekali lagi terbukti bahwa semangat nasionalismenya benar –
benar tidak diragukan lagi. Sekedar informasi bahwa untuk menjadi Paskibraka
Kabupaten saja, minimal calon Paskib harus berbadan tinggi, tegap dan tidak
berkacamata. Terus kesehatannya juga harus fit dan tidak mempunyai riwayat
penyakit yang bisa membahayakan. Dan yang terpenting adalah dia harus bisa
langkah tegap sempurna, bisa mengibarkan bendera kebangsaan dengan baik dan
pengetahuan tentang seluruh hal yang berhubungan dengan nasioalisme harus benar
– benar hafal di luar kepala. Tetapi setelah ikut kajian di LDK yang di isi oleh
Mas Eka Jaya sendiri, ternyata yang dia temukan lain. Dia baru tahu kalau
bendera yang shohih dan bisa
mempersatukan seluruh Kaum Muslimin di seluruh dunia hanyalah bendera
Rasulullah, yaitu bendera Al-liwa’ dan
Ar-Roya. Bahkan kedua bendera ini ada
dalilnya sebagaimana hadits yang
telah diriwayatkan oleh Ibn Majah dari jalur Jabir yang berbunyi : “Nabi
memasuki Mekkah pada waktu Fathul Mekkah dan Liwa’ beliau berwarna putih” (HR. Ibn Majah). Ada juga hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad,
bahwa Imam Ali berkata : Kami tiba di Madinah, “Rasulullah SAW sedang berada di
atas mimbar dan Bilal berdiri di depan beliau sambil menggenggam pedang”. Dan
banyak Ar-Royah berwarna hitam. Aku
bertanya: “apa ini?” Mereka berkata: “Amru bin al-‘Ash datang dari peperangan”
(HR. Ahmad).
“Jadi jelas bahwa bendera Kaum Muslimin untuk seluruh
dunia yang benar hanyalah bendera Rasulullah semata, dan hanya dengan bendera
inilah umat Islam benar – benar bisa bersatu kembali di bawah naungan ridho
Allah SWT”, begitu terdengar Mas Eka menjelaskan tentang masalah bendera.
“lho Mas, bukankah kita hidup di Indonesia yang memakai
bendera Merah Putih? Bahkan bendera ini diperjuangkan oleh para pahlawan bangsa
dengan darah – darah mereka?” tanyaku.
“Perlu dipahami bahwa tidak hanya masalah bendera semata
para pendahulu kita melawan penjajah, tapi lebih untuk mengusir penjajah dari
bumi Nusantara itu merupakan suatu kewajiban. Bahkan Bung Tomo waktu itu sampai
menggelorakan semangat jihad kepada arek – arek Suroboyo untuk melawan
penjajah Belanda sampai titik darah darah penghabisan. Jadi sekali lagi mereka
berjuang bukan karena Merah Putihnya, tapi ada dorongan keimanan yang sangat
kuat kepada Allah SWT Mas Surya. Mereka percaya bahwa ketika mereka berjuang
untuk membela tanah airnya dari para penjajah karena Allah, maka jikalau mereka
gugur di medan jihad, tentulah surga menjadi balasannya!” kata Mas Eka.
“ohh... begitu Mas Eka ya. Terima kasih penjelasannya
Mas”
“saya lanjutkan lagi Mas ya, bendera ini pulalah yang bisa
dijadikan pengikat oleh Khilafah
Islamiyah waktu itu untuk menyatukan seluruh penduduknya di semua
wilayahnya yang terbentang dari Maroko sampai Merauke. Hanya dengan bendera ini
umat Islam benar – benar bisa dipersatukan oleh aqidah yang sama, yaitu aqidah
Islam” tandasnya lagi.
“lho, apalagi itu Mas Eka, Khilafah Islamiyah........ “
“hmmzz...... (sambil tersenyum kecil)”
“Begini Mas Surya, Khilafah
Islamiyah adalah kepemimpinan umum bagi seluruh Kaum Muslimin untuk
menegakkan hukum Syari’at Islam dan
mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia. Definisi ini merupakan
definisi yang komprehensif karena
berdasarkan fungsi adanya Khilafah tersebut”.
“Lho, kok saya baru tahu masalah itu Mas Eka ya? Padahal
saya ini sudah Islam sejak lahir, tapi kok permasalahan sebesar ini saya tidak
tahu Mas?” tanyaku lagi.
“Ya itulah Mas Surya, saking
pintarnya orang – orang kafir menghapus sejarah kegemilangan Islam dan
membelokkan sejarah yang telah ada sesuai dengan kepentingan mereka. Mereka
sekarang sangat takut jika Islam benar – benar berkuasa kembali dengan
Khilafahnya, tentulah mereka akan kehilangan kontrol terhadap negeri – negeri
Islam yang kaya akan sumber daya alam yang mereka jarah seenak kemauannya
sendiri. Mereka sangat takut kalau hegemoni
mereka atas dunia ini menjadi hilang. Padahal tau gak Mas Surya, sungguh
Islam dengan Khilafah Islamiyah-nya
benar – benar mampu memimpin dunia dan berhasil membebaskan negeri – negeri di
dua per tiga wilayah dunia dari penghambaan kepada selain Allah SWT menjadi
penghambaan hanya kepada Allah SWT. Dan itu waktunya sudah mencapai tiga belas
abad lebih Mas. Terhitung mulai Rasulullah hijrah dan berhasil mendirikan cikal
bakal Khilafah Islamiyah, yaitu Daulah Islam yang kepala negaranya dipegang
langsung oleh beliau sendiri pada abad ke tujuh hingga berlangsung di zaman Khulafaur Rasyidin, Bani Umayyah, Bani
Abbasiyah dan terakhir Kekhilafahan Turki
Utsmani. Kaum kuffar benar – benar
bekerja siang dan malam untuk menghancurkan simbol kekuatan, persatuan dan
kejayaan umat Islam tersebut hingga mereka - melalui antek – anteknya yang
dipimpin oleh Musthofa Kamal At-Taturk lewat
konspirasi keji - berhasil menghapus Khilafah
Islamiyah pada tanggal 3 Maret 1924. Sungguh sebuah perjalanan panjang yang
patut untuk dijadikan ibrah Mas
Surya”.
“Ohh.... jadi begitu ceritanya. Terus sekarang, setelah Negara
Islam telah dihapus dari peta dunia oleh orang – orang kafir, apa yang harus
kita lakukan Mas Eka?” tanya Surya lagi semakin bersemangat untuk memperjuangkan
kembali kejayaan Islam.
“Sungguh sebuah pertanyaan yang sangat bagus Mas Surya. Tugas
kita sekarang adalah mewajibkan diri kita untuk berusaha keras mewujudkan
kembali Daulah Islam adidaya yang akan mengemban risalah Islam ke seluruh penjuru dunia
dan mengawali perjuangannya dengan mengemban dakwah Islam, melakukan aktivitas
untuk melanjutkan kehidupan yang Islami di seluruh negeri Islam, membatasi
pusat aktivitasnya di satu atau beberapa wilayah agar menjadi titik sentral,
hingga dapat memulai aktivitas yang benar – benar serius. Inilah tujuan yang
sangat besar yang wajib ditempuh, berani menanggung berbagai resiko penderitaan
di jalannya, mencurahkan segenap kemampuan dan berjalan terus penuh tawakkal kepada Allah SWT tanpa menuntut
imbalan apapun selain untuk meraih ridha Allah SWT”.
“Sungguh sebuah penjelasan yang sangat panjang, detail
dan menggugah semangat untuk berjuang di jalan Allah Mas Eka”
“iya, Alhamdulillah
kalau begitu”
“oh iya Mas Surya, hampir saja saya lupa. Bahwa aktivitas
untuk mengembalikan kembali Khilafah
Islamiyah itu bukan sekedar aktivitas politik untuk bisa mendapatkan kekuasaan
lho. Bahkan ini menjadi sebuah
kewajiban paling agung yang dibebankan oleh Allah SWT dan ini merupakan
konsekuensi dari kita beriman kepada Allah SWT. Bagaimana Mas Surya, setelah ini
sampean siap untuk menjadi pejuang
dan penjaga – penjaga Islam?”
“Insyaallah saya
siap 100 % Mas Eka”.
“Alhamdulillaaahhh.........”
Begitulah hari – hari Surya Putra dilaluinya dengan
semangat baru untuk memperjuangkan tegaknya Dienul
Islam di muka bumi kembali. Meski terkadang untuk memperjuangkannya melalui
cobaan dan ujian – ujian yang cukup berat.
Di tengah ikatan semua nasionalisme demokrasi benar –
benar mencengkeram negeri ini. Di tengah sistem kehidupan yang sudah jauh dari
nilai – nilai Islam. Di tengah itu semua, Surya mulai berjuang untuk merubah
kondisi semacam ini menjadi sebuah kondisi yang kemudian Islam menjadi
peraturan hidup yang bisa mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, baik aspek
individu, masyarakat maupun sampai aspek negara.
Di tahun pertama dia kuliah, tidak ada kejadian yang
terlalu istimewa. Aktivitas kuliah waktu siang hari, ngaji pemikiran Islam di
LDK yang baru dia ikuti setiap seminggu sekali, berdakwah kepada kawan –
kawannya untuk bisa terikat dengan hukum Syara’
dan tetap berjualan susu kedelai pada pagi hari menjadi aktivitas rutinnya.
Hanya mungkin pada semester kedua, dia bisa mendapat beasiswa PPA, yaitu
beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik karena prestasi akademiknya yang lumayan
bagus di kelasnya. Selebihnya yach
masih datar – datar saja.
Bersambung........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar