Rabu, 25 Desember 2013

PENANTIAN MANIS

Sendiriku berusaha menggenapkan separuh asa yang masih tertinggal
Berteman dengan peluh...
Keringat darah mengucur deras...
Menghias langit dalam sebuah penantian manis...
Berjumpa pelangi yang indah
Mewarna dunia...
Langkah – langkah goyah terkadang menghampiri raga yang hampir rapuh
Jiwa terhalus membenturkan dirinya dengan waktu yang terus berjalan
Tanpa henti...
Sebelum tiba dalam garis  yang mulia
Dalam sebuah penantian manis...
Wahai Dzat Penggenggam Semesta
Akankah diri sampai tanpa kilau cahaya-Mu?
Bersinar menerangi setiap daging – daging dalam tanjakan tajam
Izinkan aku meraih sinar terang itu
Memberi sentuhan indah pada langit jingga
Pelangi pun nampak lebih bercahaya dengan senyuman surganya
Dalam sebuah penantian manis...
Untukmu sandaran jiwa
Sepasang anggun penguat langkah
Penghapus tabir – tabir penuh kepalsuan
Akan Kesejatian...
Bersatunya abdi dan Maha Segala...
Hamparkan asa pada Sumber Cahaya agar mutiara tetap suci di tengah kotor bumi
Sematkan suara langit pada-Nya untuk mutiara tercintamu
Untukmu pelipur lara...
Doamu...
Pintamu...
Pada Penjaga Cakrawala
Semoga sinar putih tetap abadi terpancar dari butir – butir mutiara
Bersatu dengan pelangi dalam rajutan gerimis yang terus berlari
Berharap menjadi #SebaikGenerasi
Generasi #KhoiruUmmah
Generasi pengibar Liwa dan Roya Rasulullah...
Nanti ketika tiba waktu itu
Dalam sebuah penantian manis
Ku ingin melihat sepasang tangan halus penuh kasih mengusap kepalaku
           Membisikkan semilir doa beralun sepoi – sepoi
“Mutiaraku...”
“Ayah Bunda bangga padamu”
“Kami sangat menaruh harapan bahwa engkau bisa meraih bintang – bintang yang putih berkilauan”
“Dan ternyata engkau bisa meraihnya sekarang nak”
“Wahai embun pagi...”
“Tetaplah memberi kesejukan di setiap nafas – nafas kehidupan"
“Dinginkanlah hati – hati yang terlanjur terkena panas hawa setan dengan air telaga Kautsar
“Duhai permata hatiku...”
“Bersinarlah seterang surya yang memberikan cahayanya kepada dunia ”
“Tanpa lelah...”
“Tanpa duka...”
“Tanpa air mata”
“Tegarlah nak...”
“Tetaplah di jalan itu...”
“Jalan Keabadian jannah dengan segala kenikmatan tiada batas..."
Semoga nanda bisa sampai pada garis itu
Garis akhir dalam sebuah penantian manis...

Gores Pena Sang Surya
Al-Abqory, 10:22, 24/12/13


Tidak ada komentar:

Posting Komentar