Rabu, 30 Januari 2013

DARAH SANG PENGGENGGAM


Berdiri di atas kaki sendiri yang selalu menapak Tangan – Tangan Sang Penggenggam
Aku yakin bisa mewarnai pelangi itu dengan cat- cat darah merahku
Darah yang selalu haus akan air kehidupan

Aku tidak peduli dengan sayap – sayapku yang telah terkoyak – koyak
Patah dan berhamburan entah kemana

Aku masih punya “ini”
Cukuplah itu sebagai senjata terampuhku untuk menyingkirkan semua penghalang dan melancarkan visiku untuk mendaki puncak gunung tertinggi
Kalau perlu tingginya melebihi langit ke tujuh

Darahku mendidih dan terus bergemuruh meminta makan dari hari ke hari
Aku harus segera memberinya makan!
Dengan segala langit tepat di atas rambutku dan bumi yang menyentuh telapak kotorku ini aku akan terus berlari meski dengan tertatih – tatih
Menyeret semua kebekuan jiwa dan memaksa mulut - mulutku menjulurkan lidahnya sepanjang mungkin

Pasti itu sakit!
Aku tidak peduli!

Ketika aku dan Sang Penggenggam genggamanku dan seluruh genggaman yang bisa tergenggem telah menyatu
Ketika Sang Penggengam mengalir dalam darah – darah yang rindu akan kesejatian
Ketika itu.....
Semuanya pasti bisa terwujud dalam sekali petikan jari saja!

26/1/2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar